Monday, January 02, 2006

Surat Sakti' Balap Mobil A1

Mendukung kegiatan olahraga bukan gagasan yang tercela. Menjadi tercela dan tak terpuji apabila dukungan dilakukan dengan cara tak patut, bahkan terkesan memanfaatkan jabatan. Surat Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi kepada para pengusaha tambang untuk ikut membantu kegiatan balap mobil Grand Prix A1 di Sirkuit Sentul, Jawa Barat, pada 13-15 Januari, bisa dikatakan tak patut karena mirip katebelece alias "surat sakti" di zaman Orde Baru dulu.

Kendati disebutkan bersifat sukarela, tentu ada rasa tertekan bagi yang tak menyumbang lantaran bisnisnya berhubungan dengan pejabat direktorat yang mengimbau. Konflik kepentingan jelas sekali terjadi dalam kasus ini. Apalagi chairman tim A1 Indonesia adalah Donny Yusgiantoro, yang tak lain adalah adik kandung menteri di departemen yang membawahi direktorat tadi.

Jelas ini bukan cara yang benar mendukung lomba otomotif A1 yang tentu prestisius--karena hendak menyaingi kompetisi balap F1 yang ternama itu. Benar ajang A1 ini butuh dana besar dalam waktu singkat. Meski demikian, sungguh tak elok bila penyelenggara menggunakan cara apa saja agar lomba bisa berlangsung. Banyak cara yang lebih elegan ketimbang meminta-minta sumbangan pengusaha pertambangan.

Mungkin agak terlambat, tapi kalau saja panitia bekerja dalam jangka panjang dan profesional, ajang berkelas dunia ini justru bisa mendatangkan untung. Lomba balap mobil Grand Prix F1 sudah terbukti menjadi atraksi wisata yang bisa dijual dan menguntungkan. Memang butuh waktu dan kerja keras memasarkannya, tapi itu lebih terpuji dari cara yang sekarang ditempuh.

Maka alasan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro yang mengatakan bahwa dukungan departemennya sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23/1985 tentang Olahraga, terkesan mengada-ada, seakan berkelit dari kenyataan bahwa anggota keluarganya tersangkut dalam proyek balap ini.

Kalau mau membantu olahraga, mengapa tidak membantu cabang bulu tangkis yang prestasinya sudah mencapai kelas dunia? Lalu kenapa juga "surat sakti" baru sekarang keluar, ketika di Sentul akan berlangsung balap A1? Seandainya chairman tim balap A1 Indonesia bernama Badu Subadu, masihkah Departemen Energi akan mengeluarkan surat yang sama?

Masih banyak pertanyaan sekitar kegiatan pengumpulan dana gaya Yusgiantoro ini. Sebaiknya yang bersangkutan memberikan penjelasan yang memadai kepada publik atau atasannya. Tentu tak diharapkan tercipta kesan bahwa praktek tercela yang banyak terjadi di zaman Orde Baru itu kembali berulang dan dibiarkan begitu saja. Di zaman antikorupsi ini sebaiknya praktek buruk begini dibuang jauh-jauh.

Kalau dana besar untuk A1 tak terkumpul, tak perlu merasa malu untuk membatalkan ajang di Sentul yang digagas seorang pengusaha Arab Saudi itu. Gengsi? Kita masih punya sederet persoalan yang membutuhkan dana besar ketimbang memikirkan balap mobil yang mahal itu.

Diterbitkan di Koran Tempo, 3 Januari 2006

No comments: