Monday, November 20, 2006

Hasil Pertemuan Bogor

Memuliakan tamu tentu perbuatan baik. Apalagi bila yang datang itu tamu negara. Sudah selayaknya kita menyambutnya dengan sebaik-baiknya. Sebab, sebagai anggota masyarakat dunia yang beradab, Indonesia memang harus memberikan sambutan yang proporsional dan memberikan jaminan keselamatan kepada setiap tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat George Walker Bush.

Namun, rasanya ada yang kurang imbang dalam pertemuan antara Bush dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. Secara sepintas, Indonesia memberikan terlalu banyak untuk suatu kunjungan selama enam jam itu. Lihat saja dari persiapan penyambutan Bush yang menghebohkan. Begitu banyak tenaga, waktu, dan dana yang terbuang, juga kerepotan persiapan pengamanan selama sepekan.

Tentu saja ini belum memperhitungkan pengorbanan warga Bogor khususnya. Mereka harus memikul pelbagai ketidaknyamanan--terkurung di rumah, tak bisa beraktivitas normal, kehilangan penghasilan, kesempatan belajar, dan sebagainya.

Seperti sudah diduga, hasil pertemuan kedua pemimpin itu ternyata biasa-biasa saja. Bush dan Yudhoyono tak membahas agenda besar yang mendesak, tapi lebih banyak membicarakan sejumlah agenda soft-power, misalnya kerja sama di bidang pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kemarin sekadar kelaziman diplomatik. Bush membalas kunjungan Yudhoyono ke Amerika pada Februari lalu.

Kunjungan Bush yang singkat itu akhirnya hanya bisa dikesankan sebagai simbol bahwa negara adidaya itu tetap menganggap Indonesia sebagai sekutu yang penting dalam perang melawan terorisme di Asia. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia layak diberi perhatian.

Tentu saja ini pun tak bisa dilepaskan dari kepentingan Amerika yang tengah menderita setelah teroris menabrakkan pesawat di menara kembar World Trade Center pada 2001 dan Bush meniup trompet perang melawan terorisme.

Setelah Bush meninggalkan Bogor, yang tertinggal hanya ribuan aparat keamanan yang kuyu. Lampu-lampu Istana Bogor padam, meninggalkan jejak kunjungan, serta piring dan gelas kotor. Setelah ribuan pengunjuk rasa pulang dan tidur di rumah masing-masing, yang masih ada cuma kepenatan. Segala kehebohan, keriuhrendahan, dan gegap-gempita massa yang menyambutnya berlalu begitu saja. Kalaupun ada sejumlah komitmen dari Bush, belum tentu itu bakal terwujud dalam waktu dekat.

Diterbitkan di Koran Tempo, 21 Nopember 2006