Wednesday, December 14, 2005

Komisaris Jenderal Suyitno Jadi Tersangka

Terlepas dari kelak terbukti bersalah atau tidak bersalah, penetapan status tersangka pada Komisaris Jenderal Polisi Suyitno Landung adalah langkah berani yang menunjukkan ada yang berubah di Markas Besar Kepolisian RI.

Pemeriksaan Suyitno, perwira polisi dengan pangkat tertinggi yang pernah diusut selama ini dalam kasus BNI, bisa jadi merupakan momentum baru bagi polisi untuk membersihkan diri dari berbagai tuduhan dan citra tak menguntungkan yang selama ini disandangnya.

Suyitno adalah perwira ketiga yang menjadi tersangka dalam kasus dugaan penyuapan ketika ia menjadi petugas penyidik para tersangka pembobol Bank BNI yang merugikan negara Rp 1,7 triliun. Sebelumnya, Komisaris Besar Irman Santoso dan Brigadir Jenderal Samuel Ismoko telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan untuk kasus yang sama.

Keduanya tergolong orang penting di kepolisian. Itu sebabnya menarik untuk mengetahui sampai di tingkat mana permainan ini berjalan. Banyak yang percaya kasus pembobolan Bank BNI telah merayap ke mana-mana dan diduga melibatkan sejumlah perwira tinggi lain. Kalau benar begitu, penyidikan jangan berhenti hanya pada Suyitno, Irman, dan Ismoko. Pejabat yang lebih tinggi pangkatnya, baik yang sedang menjabat maupun yang telah pensiun, perlu juga diperiksa. Kepala Polri Jenderal Sutanto kali ini benar-benar perlu membuktikan kesungguhannya "mencuci" bersih rumahnya sendiri, sebelum kepolisian mengusut lembaga lain.

Tugas membersihkan rumah sendiri tidak begitu mudah. Bahkan kasus yang tersisa boleh dibilang alot, yakni menuntaskan kasus perwira yang memiliki rekening pribadi dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Banyak jalan yang tersedia untuk mengungkapkannya. Soalnya tinggal adakah niat untuk benar-benar memeriksa para jenderal berbintang dan perwira menengah polisi itu. Selain itu, lima tersangka tindak pidana pencucian uang ini yang dilaporkan masih berdinas perlu segera diproses sesuai dengan hukum.

Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk memulihkan citra diri. Keberhasilan polisi menghentikan aksi buron bom kelas tinggi Dr Azahari mendapat simpati yang luas dari masyarakat. Tinggallah kini membuat serangkaian tindakan yang bisa mendongkrak citra polisi di mata publik. Jelas tindakan itu harus dimulai dari membersihkan rumah kepolisian dari para polisi yang berperilaku tercela lebih dulu.

Tanpa kesungguhan, sulit citra polisi bisa diangkat, harapan bahwa polisi akan berubah pun segera pupus lagi. Dan kita selalu saja dengan pedih menerima humor yang sama sekali tak lucu: di negeri ini hanya ada dua polisi jujur, "polisi tidur" dan patung polisi.

Dimuat di Koran Tempo, edisi 15 Desember 2005

No comments: