Friday, August 27, 2004

Kontroversi Buruan Cium Gue!

Sebuah film komedi remaja menjadi pembicaraan orang ramai hari-hari ini. Judulnya Buruan Cium Gue!. Ia dibicarakan karena memicu pro dan kontra.

Oleh tokoh agama seperti Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, Majelis Ulama Indonesia, para orang tua, LSM-LSM pengamat media, film itu dianggap mengandung unsur pornografi dan membahayakan generasi muda, di antaranya karena menampilkan adegan ciuman antara dua orang remaja. Karena itu, mereka menuntut agar peredaran film dihentikan.

Sementara itu, kalangan yang pro menganggap Buruan Cium Gue tersebut sekadar gambaran realita anak muda Jakarta masa kini yang patut menjadi pembelajaran bagi siapa saja. Mereka, termasuk Lembaga Sensor Film yang meloloskan peredarannya, juga menilai karya itu bukan film porno.

Fenomena masyarakat yang memprotes atau keberatan terhadap sebuah film sejatinya bukan sesuatu yang luar biasa. Sebaliknya, fenomena ini justru lumrah dan memang dimungkinkan di era demokrasi seperti sekarang.

Mereka, para penentang itu, bahkan sah-sah juga kalau mau unjuk rasa. Kita tak perlu risau oleh aksi tersebut. Asalkan aksi itu disampaikan dengan cara yang benar, beradab, dan tak memakai kekerasan.

Para penentang itu bila perlu boleh saja melakukan aksi unjuk rasa di depan bioskop yang memutar Buruan Cium Gue!, sambil membawa poster yang isinya meminta orang jangan menonton. Sepanjang aksi itu tak sampai menghalangi kebebasan penonton untuk memilih, dan tak merusak bioskop, kita tentu masih bisa mentoleransinya.

Kita boleh berbeda pendapat, tapi juga bukan berarti harus memasung kebebasan berekspresi secara membabi buta. Yang perlu kita waspadai hanyalah apakah kebebasan berekspresi itu sudah melanggar norma-norma susila umum atau tidak.

Adegan ciuman sebetulnya juga bukan baru kali ini muncul dalam film Indonesia. Hanya memang dulu biasanya bukan di film-film remaja. Soalnya, dulu para sineas kita menganut semacam konvensi untuk menihilkan adegan ciuman pada film-film remaja. Para penonton Gita Cinta dari SMA tentu masih ingat bagaimana film itu tetap laris meskipun tak sekalipun menampilkan adegan ciuman.

Belakangan ini saja konvensi itu dilanggar para beberapa film remaja mutakhir. Sebut saja sebagai misal adegan ciuman Nicholas Saputra dan Dian Sastro dalam Ada apa dengan Cinta?. Bahkan siswi SMP, Shandy Aulia, sudah dikecup bibirnya oleh Samuel Rizal dalam Eiffell ... I'm in Love.

Kita boleh-boleh sensitif pada adegan-adegan ciuman di layar lebar, tapi jangan lupa tayangan-tayangan yang lebih seronok di layar kaca. Kita juga jangan sampai mengabaikan banyaknya tayangan yang menampilkan aksi kekerasan dan mengandung mistik-mistik. Sebab, tayangan semacam ini tak kurang berbahayanya bagi masyarakat. ***

(Dimuat di Koran Tempo edisi 20 Agustus 2004)

No comments: